Hutan Mangrove Bahowo, 'Benteng' Alam yang Tersisa di Manado

Manado - Hutan mangrove seringkali jadi tempat rekreasi hingga edukasi. Liburan ke Manado, mampirlah ke Hutan Mangrove Bahowo yang jadi 'benteng' alam terakhir di sana.

Tanaman bakau atau mangrove bisa jadi 'benteng' pembatas wilayah laut dan darat. Sayangnya, hutang mangrove di beberapa wilayah sudah mulai berkurang. Seperti di kota Manado, kini tinggal terdapat Hutan Mangrove Bahowo yang terletak di Desa Bahowo, Tongkaina, Manado, Sulawesi Utara.

Ketua Kelompok Mangrove Tunas Baru Bahowo, Novanti Loho mengatakan, kini di Desa Bahowo terdapat hutan mangrove seluas kurang lebih 6 hektar dan penanaman pohon bakau dilakukan pada Maret lalu. Menurut Novanti, bakau memiliki banyak manfaat untuk warga di sekitar laut Bahowo. Contohnya saja dua tahun lalu ketika ada ombak besar.

"Waktu itu tidak terjadi apa-apa di darat karena terbantu dengan adanya bakau ini. Selama bertindak sebagai benteng, sampai saat ini 70 persen bakau masih bertahan dan 30 persennya akan mendapatkan proses penyulaman, yakni pohon bakau yang sudah mati akan dihidupkan kembali," kata Novanti di sela-sela 'Jelajah Gizi Bersama Sari Husada' di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu pekan lalu (19/11/2016)

Hutan Mangrove Bahowo adalah 'benteng' alam terakhir di Manado (Radian/detikTravel)Hutan Mangrove Bahowo adalah 'benteng' alam terakhir di Manado (Radian/detikTravel)
Dengan bantuan LSM, konsorsium wisata bahari, dan pemerintah setempat, di sini juga dilakukan pembibitan bakau. Bahkan, bibit pohon bakau dijual seharga Rp 2.500. Meski sebenarnya buah bakau juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung, penduduk setempat belum melakukan hal itu.

Seperti diketahui, bakau bisa bertindak sebagai 'benteng' dari racun, tsunami, dan sampah. Racun baik dari sungai ke laut atau laut ke darat, akan diserap oleh bakau. Bahkan, kadang sampai bakau tersebut mati. Kemudian, bakau juga menjadi ibu pengasuh ikan.

Ibaratnya saat kecil ikan diasuh oleh bakau, di mana daun bakau akan dijatuhkan kemudian mengalami pembusukan. Nah, daun yang busuk tadi menjadi makanan bagi bayi-bayi ikan.

Pembibitan pohon bakau (Radian/detikTravel)Pembibitan pohon bakau (Radian/detikTravel)

Traveler pun bisa ikut menanam bibit pohon bakau (Radian/detikTravel)Traveler pun bisa ikut menanam bibit pohon bakau (Radian/detikTravel)
Di Taman Bahowo kamu juga bisa snorkeling atau melihat aksi anak-anak sekitar Manengkel, yaitu menangkap ikan menggunakan tangan kosong atau tombak.

Kalau mau menikmati pemandangan laut dan berfoto ria di dermaga pun asyik lho. Beberapa penjaja makanan juga ada di sekitaran dermaga. Salah satunya pedagang es kacang tanah.

Dengan harga Rp 5 ribu, kamu bisa mendapat kacang tanah yang disajikan dengan es serut dan siraman sirup merah plus gula merah cair untuk menghilangkan dahaga.

Tak hanya itu, gohu pepaya (semacam asinan pepaya mengkal dengan kuah cuka yang manis pedas asam) juga dijajakan di sana. Harganya pun sama dengan es kacang tanah.

Untuk menuju ke Desa Bahowo, diperlukan waktu sekitar 1 jam dari kota Manado. Dari desa Bahowo menuju ke hutan mangrove, kita harus menempuh perjalanan lagi sekitar 1 km. (wsw/rdy)

Related Posts :

0 Response to "Hutan Mangrove Bahowo, 'Benteng' Alam yang Tersisa di Manado"

Posting Komentar