Di banyak negara, tato seringkali dikonotasikan negatif. Namun, tidak bagi wanita Suku Chin yang tinggal di pedalaman Myanmar. Dilansir detikTravel dari BBC, Kamis (22/12/2016) wajah penuh tato malah menjadi ciri khas dan bukti kecantikan wanita Suku Chin.
Legendanya, tradisi menato wajah itu pertama kali bermula ketika Raja Burma datang ke daerah Suku Chin. Saking cantiknya paras wanita Suku Chin, Raja Burma malah membawa satu wanita Suku Chin untuk diperistri.
Tidak ingin salah satu wanitanya diculik Raja, Suku Chin mulai menato wajah anak perempuannya agara tidak dibawa pergi. Cerita lain, tradisi menato wajah dilakukan untuk kecantikan hingga membedakan satu Suku Chin dengan lainnya.
|
Dalam prakteknya, tato tersebut dibuat dari daun, tunas dan jelaga. Daun sebagai pewarna, jelaga sebagai disinfektan, dan tunas tajan untuk membuat tato atau pola. Bayangkan perihnya!
|
Karena dianggap tidak etis, kala itu Pemerintah Burma (Sekarang Myamar - red) mulai melarang parktik tato wajah pada wanita Suku Chin. Tradisi itu pun dianggap tabo pada tahun 1960.
Akibat larangan yang dibuat oleh pemerintah, kini hanya wanita berumur saja yang masih memiliki tato pada wajah mereka. Mereka adalah generasi terakhir dari wanita yang memiliki tato di wajah mereka.
Agar tidak punah, rencananya tradisi unik tersebut akan dimasukkan dalam teks agar tetap diingat dan dikenang. Tak sedikit juga wisatawan yang datang ke Myanmar untuk melihat wajah perempuan Suku Chin yang bertato. Semoga saja budayanya dapat terus dilestarikan. (bnl/bnl)
0 Response to "Wajah Penuh Tato, Bukti Kecantikan Wanita Suku Chin di Myanmar"
Posting Komentar