Batu Berdarah ini berada di Pulau Banda Besar, Kepulauan Banda, Maluku. Tepatnya berada di Desa Lonthor. Objek bersejarah ini dikenal dengan Batu Berdarah atau Blood Stone.
Dikunjungi detikTravel bersama Komunitas Jaganti, Selasa (24/10/2017) objek bersejarah ini berupa batu hitam besar, yang berukuran sekitar 1,5 meter dan memiliki pagar pelindung. Batu ini merupakan bentuk perjanjian dengan Belanda.
Kenapa disebut Batu Berdarah? Apakah benar ada darah di batu ini? Chen, pemandu yang mendampingi tour mengungkapkan bahwa batu ini benar ada darah.
"Batu ini merupakan kesepakatan penduduk lokal dengan Belanda pada masa dahulu. Penduduk lokal dan Belanda sama-sama menetaskan darah di batu ini pertanda kesepakatan. Karena dahulu tidak ada kertas," jelas Chen.
Banda Neira dari dulu dikenal sebagai pusat perdagangan dan sumber rempah-rempah di dunia. Berbagai golongan dan koloni datang berdatang, sampai akhirnya bangsa Belanda datang.
"Penduduk Neira dan Belanda membuat janji mencakup 3 poin, pertama Belanda boleh berdagang di Banda, kedua tidak boleh memiliki tanah di Banda, dan mereka juga tidak boleh ganggu kepercayaan dan agama penduduk," tambah Chen.
Kini, wisatawan bisa melihat Batu Berdarah lebih dekat dan memotretnya. Sekaligus, mengenali lebih dekat tentang sejarah kedatangan Belanda di Maluku ini. (sym/aff)
0 Response to "Kisah Batu Berdarah di Ambon"
Posting Komentar