Makam dengan Batu Nisan yang Tumbuh Sendiri di Pulau Bacan

Labuha - Kesultanan Bacan punya masjid bersejarah yang dibangun tahun 1901. Di sampingnya, ada pemakaman khusus keluarga Sultan, serta ada batu nisan yang 'tumbuh' sendiri.

Jere, begitulah warga Ternate menyebut makam yang 'tumbuh' dengan sendirinya ini. Kemunculan jere, tidak ada yang tahu pasti kapan waktunya. Tahu-tahu, ada sepasang batu nisan yang muncul, seperti 'tumbuh' sendiri dari dalam tanah. Begitu misterius.

Begitu pula dengan lokasinya. Jere bisa muncul di lokasi yang tidak terduga-duga. Seperti yang detikTravel lihat persis di samping Masjid Kesultanan Bacan, saat detikTravel berkunjung ke Pulau Bacan beberapa pekan yang lalu.

"Makam ini batu nisannya bisa tumbuh sendiri. Tidak ada yang menggali, tahu-tahu nisannya tumbuh dari dalam tanah. Orang sini menyebutnya jere," jelas Ikhsan, pemandu yang menemani rombongan detikTravel.

Jere atau makam keramat yang tumbuh dengan sendirinya (Wahyu/detikTravel)Jere atau makam keramat yang tumbuh dengan sendirinya (Wahyu/detikTravel)

Lebih lanjut, Ikhsan menceritakan bahwa kemunculan jere tidak ada satu pun orang yang bisa memprediksi, pun demikian dengan lokasinya. Pernah ada jere yang muncul di tengah jalan. Tidak ada yang tahu identitasnya, siapa yang dikuburkan di dalam makam itu.

Warga setempat meyakini jere ini adalah makam dari para 'aulia' atau ulama penyebar agama Islam yang dulu hidup di Ternate. Karena dipercaya sebagai makam 'aulia', oleh warga setempat makam ini pun dianggap suci atau keramat.

Jere yang lokasinya di samping Masjid Kesultanan Bacan, batu nisannya berwarna hitam. Lokasinya nyaris menempel dengan tembok masjid, dekat dengan salah satu tiang masjid. Untuk menandai, jere tersebut ditambah dengan keramik. Selain di Pulau Bacan, jere ini juga ada di beberapa kelurahan di Kota Ternate.

Jere dipercaya sebagai makam keramat (Wahyu/detikTravel)Jere dipercaya sebagai makam keramat (Wahyu/detikTravel)

Masjid Kesultanan Bacan yang Bersejarah

Nama jere mungkin masih belum familiar di teliga kita. Tapi bagi warga Ternate, 'fenomena' jere sudah sangat dikenal. Boleh percaya boleh tidak, tetapi memang fenomena itu sungguhan terjadi.

Selain jere, di kompleks pemakaman khusus ini juga ada makam-makam lainnya. Rata-rata adalah keluarga Sultan Bacan. Tetapi ada juga makam pemuka agama yang berjasa besar menyebarkan agama Islam sampai ke Pulau Bacan.

Kompleks Pemakaman Keluarga Sultan Bacan (Wahyu/detikTravel)Kompleks Pemakaman Keluarga Sultan Bacan (Wahyu/detikTravel)

Saat berkunjung ke Masjid Kesultanan Bacan, detikTravel berjumpa dengan Tufail Iskandar Alam, Juru Tulis (Sekretaris) Kesultanan Bacan. Kepada detikTravel, Tufail yang juga pengurus masjid ini bercerita banyak soal Masjid Kesultanan Bacan yang ternyata sangat bersejarah.

"Masjid ini Masjid Kesultanan Bacan. Dibangun pada tahun 1901. Arsiteknya orang Jerman, namanya nyong Karel Knopper. Sejak dibangun sampai sekarang, masjid baru 2 kali dipugar, tahun 1968 dan 2001. Tahun 2001 itu dipugar total, tapi tidak mengubah bentuk asli masjid," terang Tufail.

Masjid Kesultanan Bacan (Wahyu/detikTravel)Masjid Kesultanan Bacan (Wahyu/detikTravel)

Masjid Kesultanan Bacan berdiri di atas lahan seluas 6.000 Meter persegi. Dari segi arsitektur, masjid yang didominasi warna hijau dan putih ini cukup khas dan unik. Kubahnya berbentuk limas, dengan tulisan kaligrafi berwarna hijau sebagai penghiasnya.

Pintu dan jendela masjidnya lebar-lebar. Angin semilir pun dapat dengan mudah masuk dan menyejukkan masjid. Bedug berwarna hijau terletak menghiasi sisi teras samping masjid.

Masjid Kesultanan Bacan (Wahyu/detikTravel)Kaligrafi penghias kubah masjid (Wahyu/detikTravel)

Satu lagi yang istimewa dari masjid ini adalah keberadaan sumber mata air yang ada di dalam kompleks masjid. Masyarakat percaya, air ini berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Beberapa warga mengaku sudah membuktikan sendiri khasiatnya.

Oleh pihak masjid, sumber mata air ini dibangunkan ruangan khusus dan dikunci, guna menghindari hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam. Padahal dulu warga bisa mandi di kolam ini

Kaligrafi penghias kubah masjid (Wahyu/detikTravel)Interior Masjid Kesultanan Bacan (Wahyu/detikTravel)

Sekarang sumber mata air ini digunakan untuk keperluan wudlu jamaah. Mata air tawar ini tidak pernah kering sepanjang tahun. Setiap setahun sekali, kolam sumber mata air ini dibersihkan.

Masjid Kesultanan Bacan tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, aktivitas roda pemerintahan juga dilakukan mesjid ini. Sultan Bacan dan para Ketua Adat biasanya menggelar pertemuan di teras mesjid untuk membahas masalah kenegaraan. Traveler bisa berkunjung ke masjid bersejarah ini kalau melancong ke Pulau Bacan.

(wsw/aff)

0 Response to "Makam dengan Batu Nisan yang Tumbuh Sendiri di Pulau Bacan"

Posting Komentar