Tujuh mata air itu antara lain, mata air Pangsiraman, Cikolebere, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, dan Cisanti. Tujuh mata air ini, sudah menjadi cagar budaya yang dimiliki Pemkab Bandung sejak tahun 2011.
detikTravel sempat mengunjungi salah sumber mata air Cikahuripan, letaknya berdekatan dengan Situ Cisanti posisinya berada di bagian belakang. Jika berjalan kaki dari pintu masuk sekitar dua kilo meter ke bibir hutan.
Mata air Cikahuripan berada di bawah rimbunnya pohon beringin besar dan sumber air tersebut keluar dari akar pohon beringin tersebut. Luasnya sekitar 10 meter dengan kedalaman bervariatif dari 10 cm - 200 cm.
Airnya alami nan segar (Wisma/detikTravel)
|
"Saya tidak tahu sejak kapan ada mata air ini, yang saya tahu mata air ini sudah ada sejak zaman nenek moyang," kata juru kunci Situ Cisanti Atep (45) kepada detikTravel, Minggu (3/12) lalu.
Karena tujuh mata air itu sudah menjadi situs cagar budaya, Atep meneruskan ayahnya untuk menjadi juru kunci di mata air itu. "Saya generasi ke tujuh meneruskan ayah dan leluhur sebelumnya," tambah Atep.
Sumber air di mata air Cikahuripan masih alami karena keluar langsung dari akar pohon. Selain itu, sumber air di mata air tersebut tidak pernah berkurang sekalipun di bulan kemarau.
Bukan hanya itu, mata air Cikahuripan dipercaya sebagian warga memiliki keberkahan tersendiri. Tak jarang jika warga yang mengunjungi mata air tersebut kerap membuka pakaiannya dan berebdam di dalam kolam mata air itu.
Mata Air di Titik 0 Sungai Citarum (Wisma/detikTravel)
|
"Mandi di sini merupakan tanda bersyukur kita kepada allah. Ada alam ciptaannya yang masih dapat dirasakan, alhamdullilah yang datang kesini mencari keberkahan," ungkap Atep.
Menurut Atep di Bulan Desember 2017 ini yang jatuh pada Bulan Maulid (kalender Islam) banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke mata air tersebut untuk mencari keberkahan.
"Siang malam banyak yang datang, intinya merupakan rasa bersyukur;" ujarnya.
Selain memiliki sumber air yang alami, di mata air itu juga terdapat ikan endemik Jawa Barat yang hidup secara alami, di antaranya ikan paray, benteur, badar dan di Situ Cisantinya ada ikan mas, nilla, mujair danlainnya.
"Dulu di Cisanti ada ikan besar ukurannya bisa mencapai daun pintu yang ada secara alami besarnya bisa mencapai 15 kilo gram bahkan lebih," ujarnya. (sna/fay)
0 Response to "Segarnya Tujuh Mata Air di Titik 0 Citarum"
Posting Komentar