Kisah Kesetiaan Burung Maleo, Berdua Sehidup Semati

Luwuk - Liburan ke Luwuk, sempatkan untuk bertandang ke penangkaran Burung Maleo. Kita bisa belajar soal kesetiaan dari burung langka yang sangat dilindungi ini.

Burung Maleo (Macrocephalon maleo) merupakan satwa endemik dari Pulau Sulawesi. Maleo banyak ditemukan di daerah Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah. Bisa dibilang, Luwuk adalah 'rumah' bagi spesies burung terestrial ini.

Burung ini memiliki penampakan seperti ayam dengan warna hitam dan putih yang dominan. Yang membedakan keduanya hanya bagian leher yang sedikit lebih panjang dan paruh kuningnya yang cenderung lebih tebal.

Meski asli Sulawesi dan tidak bisa ditemukan di tempat lainnya, tetap nasib Maleo sungguh malang. Status konservasinya ada di level Endangered alias terancam punah. Itu karena ulah manusia yang kerap memburu Maleo dan telurnya untuk dikonsumsi.

Beberapa tahun ke belakang, usaha untuk menyelamatkan Maleo sudah dilakukan di Luwuk. Salah satunya lewat usaha penangkaran yang dilakukan oleh 2 perusahaan besar yang beroperasi di Luwuk, sebagai salah satu program CSR mereka.

Maleo di dalam penangkaran (Wahyu/detikTravel)Maleo di dalam penangkaran (Wahyu/detikTravel)

Pekan lalu, detikTravel berkunjung ke salah satu penangkaran burung Maleo untuk melihat langsung seperti apa rupa satwa langka ini. Penangkaran Maleo ini berada di Desa Uso, Kecamatan Batui.

Burung Maleo di area konservasi ex-situ ini berada di dalam beberapa kandang yang terpisah. Total ada 3 kandang besar yang ada di sana. Kandang pertama untuk Maleo berusia remaja, satu kandang untuk Maleo anak-anak, dan satu kandang lagi untuk Maleo yang sudah dijodohkan.

Sepasang maleo yang sudah dijodohkan (Wahyu/detikTravel)Sepasang maleo yang sudah dijodohkan (Wahyu/detikTravel)

Nah, yang unik dari Burung Maleo ini adalah mereka merupakan hewan yang monogami alias setia terhadap pasangan sepanjang hidupnya. Maleo jantan hanya sekali 'menikah,' dan tidak kawin dengan betina lainnya selama dia hidup.

"Maleo itu hewan yang sangat setia dengan pasangan. Dia cuma kawin dengan satu betina saja. Kalau pasangannya mati, dia bakal ikut mati. Padahal, mereka sekali bertelur itu tidak banyak. Pantas kalau mereka hampir punah," ungkap Iwan Rusly, warga asli Luwuk yang menemani detikTravel.

Maleo setia kepada pasangannya sepanjang hayat (Wahyu/detikTravel)Maleo setia kepada pasangannya sepanjang hayat (Wahyu/detikTravel)

Yang uniknya lagi dari Maleo adalah ukuran telurnya yang sangat besar. Ukurannya bisa lima kali lipat lebih besar dari telur ayam biasa. Saking besarnya, setelah bertelur biasanya Maleo betina akan pingsan karena kehabisan tenaga.

Dalam setahun, Maleo bisa beberapa kali bertelur, namun jumlahnya tidak banyak, karena ukuran telurnya yang sangat besar. Itulah yang menyebabkan angka penambahan populasi Maleo tidak terlalu signifikan. Perburuan oleh manusia dan predator lainnya semakin memperparah kondisi tersebut.

"Dulu warga mencari telur Maleo buat dimakan atau dibikin kue. Satu telur Maleo setara 4 telur ayam. Saya dulu waktu kecil juga ikut mencari, tapi sekarang sudah tidak," imbuh Iwan.

Anakan Maleo di dalam penangkaran (Wahyu/detikTravel)Anakan Maleo di dalam penangkaran (Wahyu/detikTravel)

Dulu warga lokal Luwuk kerap berburu Maleo, tapi sekarang mereka sudah mulai sadar bahwa Maleo adalah satwa langka yang dilindungi. Setiap tahun, ritual Tumpe yang bernuansa mistis pun digelar untuk penghormatan terhadap telur Maleo.

BACA JUGA: Burung Maleo, Anak Ajaib dan Kisah Mistis dari Ritual Tumpe

Tidak dikenakan biaya untuk masuk ke penangkaran ini, tapi ada baiknya kalau kamu izin terlebih dahulu ke penjaganya. Selain belajar soal konservasi, kamu juga bisa belajar soal kesetiaan terhadap pasangan dari burung Maleo yang kemana-mana selalu sepasang ini. (rdy/fay)

0 Response to "Kisah Kesetiaan Burung Maleo, Berdua Sehidup Semati"

Posting Komentar